Kamis, 12 Mei 2011

Bahaya Air Liur Kucing


Sebagai pencinta kucing, Anda pasti tidak akan keberatan kalau Si Manis mendaratkan gigitan atau cakaran mesranya di tubuh Anda. Tapi tahukah Anda apa yang terkandung dalam air liur kucing kesayangan Anda itu? Di dalam air liur kucing terdapat bakteri Bartonella henselae. Bakteri ini merupakan bakteri yang cukup berbahaya bagi pencinta kucing karena pada tingkat lanjut dari infeksinya dapat menyebabkan kematian.

B. henselae menyebabkan penyakit yang disebut sebagai cat-scratch disease (CSD) atau penyakit cakaran kucing. Penyakit ini dapat menyerang manusia melalui gigitan, cakaran dan paparan air liur kucing. Bakteri B. henselae terdapat dalam air liur semua jenis kucing. Bakteri ini dibawa oleh kutu kucing. Keberadaan B. henselae dalam air liur kucing tidak menyebabkan kucing menjadi sakit. Hampir sebagian besar kucing membawa bakteri ini pada air liurnya. Anak kucing lebih rentan untuk terpapar bakteri ini daripada kucing dewasa.

B. henselae terdapat di seluruh belahan dunia. Pada negara-negara 4 musim, bakteri ini selalu muncul ketika musim dingin dan gugur. CSD tidak menular dari manusia ke manusia. CSD hanya ditularkan melalui cakaran atau gigitan kucing yang sebelumnya telah terpapar B. henselae. CSD juga dapat ditularkan melalui kontak langsung dengan air liur kucing, terutama jika terdapat luka yang terbuka. Jika seseorang telah tertular CSD, maka orang tersebut biasanya akan menciptakan imun sehingga kebal terhadap serangan CSD berikutnya.

Umumnya CSD tidak berbahaya dan dapat sembuh dengan sendirinya. Setelah dicakar atau digigit kucing biasanya akan tampak luka atau bengkak pada bagian yang terkena cakaran atau gigitan. Luka atau bengkak tersebut dapat juga muncul dalam waktu 3-10 hari kemudian. Luka akan tampak merah, sakit dan bernanah. Jika keadaan ini tidak segera diobati, akan timbul komplikasi yang dapat menyebabkan kematian. Komplikasi akan semakin parah bila terjadi pada orang tua, anak-anak, penderita HIV dan diabetes.

Gejala
1. Demam.
2. Letih.
3. Sakit kepala.
4. Hilang selera makan.
5. Bengkak dan sakit yang tidak sembuh dalam waktu lama.


Golongan berisiko

1. Anak-anak.
2. Orang tua.
3. Penderita HIV.
4. Pengidap diabetes.
5. Orang yang sering membelai kucing.

Diagnosa dan perawatan
Ada tiga jenis uji untuk mendiagnosa CSD, yaitu:
1. Uji kulit.
2. Uji darah.
3. Uji B. henselae dengan menggunakan cairan atau jaringan dari kelenjar limfa yang bengkak.
Umumnya CSD bukanlah penyakit yang memerlukan perawatan khusus, tetapi bila terjadi pembengkakan kelenjar limfa dan terasa sangat sakit maka akan diperlukan antibiotik. Bila kelenjar limfa membengkak mengeluarkan nanah, maka diperlukan pembedahan kecil untuk mengeluarkan nanah tersebut.

Komplikasi CSD
1. Bakteri B. henselae dapat menyebar sampai ke jaringan luar otak (meningitis) dan otak (encephalitis). Pada 3-5% orang yang terpapar B. henselae mengalami hal ini.
2. Radang pada retina mata.

Diperlukan perawatan jika:
1. Bekas cakaran atau gigitan tidak juga sembuh dalam waktu 2-3 minggu.
2. Daerah sekitar gigitan menjadi merah dan membengkak setelah 2 hari.
3. Demam berkepanjangan selama beberapa hari setelah dicakar atau digigit.
4. Kelenjar limfa yang membengkak dan sakit lebih dari dari 2-3 minggu.
5. Sakit pada daerah sendi atau tulang, sakit perut (muntah atau diare) tanpa disertai demam.
6. Merasa sangat letih lebih dari 2-3 minggu.

Pencegahan CSD
1. Membiasakan diri selalu mencuci tangan setiap kali memegang kucing.
2. Hati-hati ketika membelai kucing, jangan sampai kucing menjadi merasa terganggu hingga mencakar atau menggigit.
3. Mandikan kucing dengan teratur untuk mencegah kutu.
4. Jika ada kucing yang berkelahi sebaiknya tidak usah dilerai dengan tangan langsung untuk mecegah terkena cakaran atau gigitannya.

(Sumber: toleethong.multiply)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar